SIFAT PEMARAH ORANG TUA PENGARUHI ANAK

TERIAKAN bocah malang itu tidak juga menghentikan gerakan tangan sang ayah untuk berhenti memukuli tubuh ringkihnya. Barulah setelah tubuh itu diam tak bergerak, kesadaran si ayah langsung pulih. Apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur, nyawa pun melayang sia-sia.

Itu bukan cerita rekaan, tapi benar terjadi Desember 1984. Kasus penganiayaan terhadap Arie Hanggara yang dilakukan ayahnya, menjadi cerita memilukan. Bahkan sempat diangkat ke layar perak.

Arie menjadi korban kekerasan ayahnya yang menyebabkan nyawanya melayang. Ternyata Arie bukan anak terakhir yang mengalami nasib memilukan ini. Penyiksaan anak (child abuse) malah terjadi sepanjang tahun. Bahkan UNICEF pada 2003 melansir laporan sebanyak 3.500 anak berusia kurang dari 15 tahun tewas setiap tahun akibat perlakukan kejam.

Riset yang dilakukan UNICEF di beberapa negara itu juga menunjukkan tingkat kekerasan yang berakhir dengan kematian terjadi di negara-negara kawasan Amerika, Eropa, Pasifik, tergolong tinggi, seperti di AS, Meksiko, Portugal, Belgia, Ceko, Hongaria, Prancis, dan Selandia Baru. Namun Spanyol, Yunani, Italia, Irlandia, dan Norwegia justru tergolong rendah.

Dari temuan UNICEF, ada dua faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak. Pertama, stres dan kemiskinan. Kemudian rumah tangga yang kerap diwarnai kekerasan antara suami dan istri.

Bentuk kekerasan yang tidak tepat bisa berpengaruh buruk pada anak dalam jangka panjang. Makian kasar seperti “dasar anak sial” atau “dasar anak nakal” akan terekam kuat dalam diri si anak.

Anak yang sering dimarahi orang tuanya, apalagi diikuti dengan penyiksaan, cenderung meniru perilaku buruk (coping mechanism) seperti bulimia nervosa (memuntahkan makanan kembali), penyimpangan pola makan, anorexia (takut gemuk), kecanduan alkohol dan obat-obatan, dan memiliki dorongan bunuh diri.

“Marah merupakan hal yang normal, tapi kemarahan yang tidak tepat bisa memengaruhi kondisi psikis dan fisik anak,” ujar psikolog dari Jagadnita, Diah P Paramita dalam acara bertajuk ‘Seni bertengkar sehat dengan anak’ di Jakarta, Sabtu (30/8).

Sedangkan psikolog dari Medicare Clinic Anna Surti Ariani menambahkan, tindakan seperti mencubit atau memukul sedapat mungkin dihindari, karena sama sekali tidak perlu. “Asalkan menguasai teknik-teknik mendisiplinkan anak, 50% kenakalan anak akan teratasi,” katanya.

Menurut Nina, begitu ia disapa, mendisiplinkan anak balita harus secara konkret, seperti menunjukkan wajah cemberut. Pada usia ini mereka cenderung meniru. Hal ini sesuai dengan perkembangan kognitif anak. Sedangkan pada anak usia SD disarankan menggunakan metode broken record (piringan hitam rusak). “Ibarat piringan hitam rusak, ucapkan apa yang diinginkan orang tua berulang-ulang,” jelas Nina.

Diah pun menambahkan, marah yang bertujuan untuk mendidik dan memperbaiki kesalahan-kesalahan agar perbuatan serupa tidak terulang lagi. Kemarahan yang diekspresikan secara tidak tepat, akan memengaruhi kemampuan orang tua dalam menerapkan disiplin dan memengaruhi hubungan orang tua dengan anak.

Marah yang diikuti pemukulan menimbulkan luka batin, benci terhadap orang tua, rendah diri, antisosial, dan suka berkelahi. “Anak-anak suka meniru, kalau dipukul akan balas memukul. Selain itu memukul tidak mengubah perilaku,” sambung Diah.

Child Right Information Network–sebuah organisasi yang peduli pada nasib anak-anak– memaparkan pemukulan terhadap anak-anak (baik dengan tangan, ikat pinggang, tongkat, atau sepatu), menendang, melempar, mengguncang-guncangkan tubuh anak, mencakar, menggigit, menyuruh anak diam dalam posisi yang membuatnya tidak nyaman, bila terjadi di Eropa dapat dikenai tuduhan melakukan tindakan kriminal. Austria, Denmark, Finlandia, Islandia, Jerman, Norwegia, dan Swedia memiliki UU yang melarang keras penyiksaan fisik terhadap anak-anak.

Kekesalan orang tua bisa berdampak pada anak. Maka dari itu, orang tua harus menyelesaikan masalahnya lebih dulu. Menurut Diah, orang tua bisa mengikuti terapi untuk mengatasi kemarahan di masa lalu.

Selanjutnya melakukan identifikasi masalah di masa lalu. “Anak yang ibunya sering sekali marah akan sulit untuk disiplin,” tegasnya.

Dalam dialog tersebut juga terungkap bahwa anak yang dekat dengan orang tuanya akan jarang marah. Bila hubungan itu harmonis dan akrab, orang tua lebih mengenal karakter anak sehingga dapat menghindari kondisi pemicu pertengkaran. Diah menyarankan menarik napas setiap kali hendak marah. “Kondisikan diri untuk tidak memerhatikan hal-hal kecil yang bisa membuat marah.”

Agar hubungan orang tua-anak harmonis tingkatkan pendekatan dengan melakukan kegiatan bersama. Kemudian memberi contoh/sikap yang baik bisa meningkatkan rasa percaya diri. Meluangkan waktu untuk bermain bersama, dan memberikan tanggung jawab, membuat anak merasa spesial. “Ajak anak menyiram tanaman biarkan anak memegang selang air,” jelas Diah memberi contoh.

Selain hal yang diungkapkan di atas, Diah menyarankan orang tua menjalin komunikasi nonverbal. Yakni melakukan kontak mata saat berbicara, sikap tubuh sejajar saat berbicara (sambil duduk atau jongkok), rendahkan nada suara, berikan pelukan dan sentuhan lembut pada kepala sebagai tanda berbaikan usai memarahi.

Sumber : Media Indonesia Online

7 Responses to SIFAT PEMARAH ORANG TUA PENGARUHI ANAK

  1. Qika berkata:

    Bukan haya mereka yang mengalaminya saya juga mengalaminya….
    Kadang saya gak tau apa” saya di gebuki saya ibu kandung saya sendiri…
    Saya tidak minta apa” …
    Cuma hanya satu yang saya minta …
    Yaitu ” kasih sayang seorang ibu yang saya harapkan…bukan haya cacian,hinaan,dan pukulan ” akan tetapi kasih sayank yang saya belom dapetin dari kecil..

    • ideguru berkata:

      mohon bersabar mbak, itulah orang tua kadang seperti itu mbak, saya yakin orang tua kita marah ada alasannya, saya berpesan “bersabarlah, dan terus berusaha berbuat baik dengan orang tua jangan sekalipun mbak menentangnya..asal perintahnya tidak bertentangan dengan agama sambil di doakan kepada Tuhan tiap habis shalat ” semoga orang tuanya diberi hidayah amin.

  2. rudies berkata:

    Sabar dan berdoa saja mba. Saya juga lahir dari seorang bapak yang pemarah , saya kadang juga sedih ngliat nya. Beda dengan ayah yang lain. Sudah tidak bekerja lagi padahal masih usia produktif ,tidak pernah mengajarkan ibadah dan tata krama pada saya. .tapi saya laki laki mba. Saya lebih cenderung menjqga adik saya yang perempuan. .karena saya takut sekali mba suasana rumah seperti itu bakal mempengaruh nya kelak. Berdoa,beribadah dan ciptakan suasana yang positif . semoga kedepan nya lebih baik dan sebagai pembelajaran kita semua Agar lebih baik ke depan nya. Amin

    • Admin berkata:

      Anda hebat mas Rudi, memang sebagai kakak harus bisa menjaga adik, dan sebagai makhluq yang berakal yang diciptakan Allah dengan sempurna, harusnya bisa memilih dan memilah sifat perilaku orang terdekat kita,termasuk orang tua kita meski menurut teori, sifat orang tua sedikit banyak akan mempengaruhi perilaku anaknya. Sekali lagi anda hebat mas Rudi, yang anda harus lakukan menurut saya selain hal di atas adalah mendoakan orang tua terutama ayah..semoga dengan perilaku mulia mas Rudi ayahnya sadar. amin

  3. luthfia tresna berkata:

    mohon pendapatnya kaka. saya anak sulung dari 3 bersaudara,adik saya semua lakilaki, bagaimana cara saya untuk mengatasi sikap ayah saya yang selalu marah berlebihan padahal hal tsb bisa di selesaikan dengan baikbaik,dan terkadang hal kecil pun bisa membuat dia marah besar. jika dia sedang marah,dia selalu lepas kotrol,jika sedang marah dengan ibu saya,kami pun ikut kena marah,jika sedang mengantarkan sekolah pasti kecepatan motornya tinggi. bahkan dia pernah sedang marah pada adik saya sampai melemparkan pisau. mohon bantuan nya kak

    • Admin berkata:

      Dear Mbak Lutfiah, saya ikut prihatin dengan perilaku orang tua seperti itu, seharusnya ayah adalah imam bagi seluruh keluarga, tapi ayah mbak Lutfiah kadang masih sering lepas kontrol dalam usaha membimbing anggota keluarganya, saran saya mbak Lutfiah, pertama, sebagai kakak wajib kiranya kamu bisa menjadi contoh bagi adik2 mu, sekarang ajak adik2mu untuk semakin tekun beribadah, berdoalah terus untuk ayahmu, kirim alfatihah untuk beliau, bagaimanapun ia adalah ayahmu, semoga dengan kamu dan adik2mu rajin ibadah ayahmu bisa sadar, sesekali kalau pas hari minggu ketika ayah di rumah ajak ia shalat berjamaah, kalau ia belum mau dak papa lanjutkan saja. Kedua, hindarilah perbuatan yang membuat ayahmu marah, ketiga, perbaikilah komunikasi aktif dengan ayahmu…jangan justru menjauh, misalnya ketika ayahmu pulang kerja bantu ibu menyiapkan air minum bisa teh atau kopi,ketika berbicara pelan-pelan dan sopan, diharapkan dengan 3 usaha tadi lambat laun ayahmu bisa berubah dengan sendirinya. istilahnya timbul malu karena anak2, selamat mengerjakan 3 tugas tadi mbak..saya ikut berdoa untuk ayah mbak Lia.

  4. Hana berkata:

    Kedua ortu saya dulu adalah pemarah, hal sepele bisa jadi marah, dan sekarang saya adalah seorang ibu dari 2 anak perempuan yg secara tidak sadar suka marah2 seperti perlakuan ibu saya thd saya, sayapun melakukannya pada anak saya, kdg saya berusaha agar tdk marah, tp entahlah ada kemarahan yg selalu ingin muncul, bgmn sosulinya saya sendiri sebenarnya sdh capek dan kasihan pada anak, takut nanti jg spt say, tp ada kebencian di dlm hati pd ibu dan anak saya, apakah saya ada kelainan

Tinggalkan komentar